GREENRIVERNETWORK — Jakarta – Siapa sangka, tortilla bisa membuat seorang ibu tiga anak nyaris jatuh ke kondisi pradiabetes? Inilah kisah inspiratif Norma Lyons, perempuan yang berhasil menaklukkan pradiabetes tanpa satu pun obat, hanya dengan tekad, pola makan, dan pengetahuan yang ia gali sendiri.
Sekitar 10 tahun lalu, Norma — yang kini berusia 60 tahun — kelebihan berat badan sekitar 18 kg.
“Saya orang Hispanik, jadi semuanya dimasukkan ke dalam tortilla saat itu,” katanya, dilansir New York Post.
“Banyak sekali tortilla. Mungkin juga banyak keju — hanya saja makanannya terlalu banyak dan tidak baik untuk saya.”
Tak hanya tortilla, pola hidup Norma juga minim gerak. Berat badannya sempat mencapai 81 kg, angka yang menurutnya “sangat menakutkan” untuk tinggi badannya yang hanya sekitar 152 cm. Meski jarang makan junk food, kebiasaan makan berlebihan dan tidak berolahraga membuat tubuhnya rentan.
Kabar yang Mengguncang: Pradiabetes
Di satu pemeriksaan rutin, Norma mendengar kabar buruk: kadar A1C-nya tinggi. Ini artinya ia masuk zona pradiabetes — kondisi ketika gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Jika dibiarkan, risiko komplikasi serius seperti penyakit jantung atau stroke bisa meningkat.
Dokter pun langsung menyarankan obat Metformin, salah satu terapi oral yang umum diberikan untuk mengendalikan gula darah. Tapi Norma punya tekad mencoba cara lain.
“Saya berkata, ‘Bisakah kita tunda minum obat dan biarkan saya mencoba dengan cara lain?’” kenangnya.
Dokternya hanya menjawab, “Oke, semoga berhasil.” Tanpa rujukan ahli gizi, tanpa panduan diet. Ia pun pulang dengan penuh tanya, tapi juga tekad.
Diet Keto Jadi Awal Perubahan
Norma mulai menelusuri berbagai cara menurunkan gula darah. Pilihannya jatuh pada diet keto yang saat itu tengah populer. Semua karbohidrat langsung dicoret dari menu hariannya.
“Ketika kita makan karbohidrat, tubuh memecahnya menjadi glukosa, sehingga gula darah naik,” jelasnya. Membatasi asupan karbohidrat drastis membantunya mengendalikan lonjakan gula darah.
Menu harian Norma pun berubah total: telur, bacon, dan keju di pagi hari; makan siang dengan gulungan selada berisi ayam dan keju; makan malam pun didominasi daging. Camilannya? Kacang-kacangan dan keju mozzarella.
Hasilnya cukup dramatis. Dalam 90 hari, berat badannya turun 9 kg. Tiga bulan kemudian, saat kembali kontrol, dokter kaget karena kadar A1C Norma sudah turun ke batas normal. “Mereka terkejut,” ujarnya bangga.
Mengapa Meninggalkan Keto
Meski keto berhasil, Norma akhirnya memutuskan tidak lagi menjalankan diet rendah karbohidrat ekstrem itu. Selain merasa cepat lelah, pola makan tinggi lemak hewani tidak membuatnya nyaman.
“Semua lemak hewani itu… astaga, saya sangat bersyukur tidak terkena serangan jantung,” candanya.
Ia juga ingin tetap bisa menikmati momen bersama keluarga. Menurutnya, makan sehat bukan berarti tak boleh menikmati hidup.
Studi Stanford Medicine pada 2022 pun mendukung pengalamannya: diet keto memang dapat menurunkan gula darah, tapi pola makan ala Mediterania yang lebih seimbang ternyata juga memberikan manfaat serupa dengan risiko lebih kecil.
“Semakin rendah karbohidrat, semakin Anda menghilangkan kelompok makanan yang justru padat nutrisi,” kata Christopher Gardner, Ph.D., penulis studi tersebut.
Rahasia Norma Kini: Sensor Gula Darah dan Karbohidrat Tepat
Beberapa waktu setelah meninggalkan keto, gula darah Norma sempat naik lagi. Hingga akhirnya ia berkonsultasi dengan ahli gizi yang memberinya perspektif baru: tubuh tetap butuh karbohidrat kompleks.
Kini, Norma mengatur pola makan lebih seimbang dan memanfaatkan biosensor glukosa yang terhubung ke ponselnya. “Dulu saya takut makan karbohidrat karena khawatir glukosa melonjak. Sekarang saya tahu saya bisa makan karbohidrat — yang penting tahu kapan dan bagaimana memadukannya,” ujarnya.
Contoh sederhana, oatmeal bisa bikin gula darahnya naik cepat. Tapi dengan tambahan protein bubuk dan selai kacang, lonjakan itu bisa ditekan.
Kenali Angka Glukosa, Padukan Karbohidrat dengan Serat
Bagi yang berjuang melawan pradiabetes, Norma punya pesan sederhana: pantau gula darah dan pahami apa yang masuk ke piring. Ia juga menerapkan metode piring: setengah porsi sayuran kaya serat, seperempat protein, dan seperempat karbohidrat kompleks.
“Awali dengan serat dulu. Makan sayuran dulu, lalu protein, baru karbohidrat. Ini membantu respon gula darah jadi lebih stabil,” jelasnya.
Kini, Norma bukan hanya berhasil menaklukkan pradiabetes, tapi juga menginspirasi jutaan orang lewat resep dan tips sehat di media sosialnya. Pesannya sederhana, tapi ampuh: “Jangan takut belajar, dengarkan tubuhmu, dan nikmati prosesnya.”